Di Sebuah Pintu
Kita seolah-olah sedang berbincang masa depan
Tatapan kita luaskan setinggi hamparan langit
Lihatlah, tumpukan prestasi begitu kemaruk oleh otaknya.
Deadline lomba, buku puisi, cerpen, tugas, makalah, persentasi semuanya berkecamuk satu pikir.
Demo mendemo kuli pikir pada asa yang kerap berceloteh pada impian
Yang terbuang sia-sia adalah sebuah gelitik kefanaan
Barangkali ketiadaan yang kita renungkan
Terus saja menyelinap, secepat kilat, hilang dan lesap
Kemanapun tempat yang kau tembus kan, akan mencari dan berbicara
Untuk mengatakan gigir dan getir
Lalu kau dengan seribu mimpi menahan dan menelan sumpah serapah lisan yang tak bertulang itu
Kau bangkit lagi, bangkit lagi, dan lagi
Terlampau berat untuk diluapkan dan kau tak tahan lagi tuk menghempas semua sesak di dada.
Intinya hanya nuansa, hanya tontonan belaka
Kau menahan diri dan tak rela masuk kedalam nya..
Karena kau yakin masih banyak pintu yang terbaik yang kini telah melambai kearah mu dengan menggoda.
Hanya disebuah pintu dari sebuah tempat menjulang di cakar bumi itu.
Mungkin harus kita senyumin dengan menahan sesak sambil menarik butiran air mata yang kian memburat di kantong mata.
Diam-diam kita takut, tapi yakin....
Kau genggam tangan itu erat-erat di dalam bangunan itu
Di sisi pintu itu, barangkali kita akan siap dengan rintangan apapun yang kini masih menatapmu sinis.
Semangat.... Hajar habis!!!
Cipayung, Jakarta timur, Minggu, 10 Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar